LKI-CHANNEL , SUKABUMI
M. Ikbal anak berusia 14 tahun mengidap penyakit yang diagnosa TBC tulang punggung dan juga mengalami lumpuh, Ikbal anak yatim piatu bapak dan ibunya sudah almarhum beberapa tahun lalu
Diketahui, terdapat benjolan di bagian belakang tulang punggung anak laki-laki yang sekarang hidup bersama kakek dan neneknya yang tinggal di Kampung Ciputat, RT 03. RW 04, Desa Sukamaju. Kecamatan Cikakak. Kabupaten Sukabumi.
Dikarenakan, kakek dan nenek anak malang itu tak memiliki biaya untuk pengobatan Ikbal ke rumah sakit, mereka pasrah menunggu bantuan dari pihak yang mau menolong.
Sementara itu, dari cerita sang nenek. Awal mula cucunya hanya jatuh saat bermain bersama teman-teman sebayanya sekitar 2,5 tahun yang lalu. Cucunya hanya mengalami sakit punggung.
"Kami kira sakit dipunggung (benjolan) biasa. Tapi, lama-kelamaan benjolan itu bertamhan dan membesar," kisahnya.
Mengetahui hal itu, anggota LPKDN Lembaga Perlindungan Konsumen Divisi Kesehatan Ibu Lisma yang ber sekretariat di Pelabuhan Ratu langsung merespon berniat akan membantu pengurusan dokumen JKN-KIS biaya pengobatan yang ditanggung APBN. walau sebelumnya punya BPJS Prabayar tapi tidak bisa bayar perbulannya.
"Saya mengetahui kondisi anak tersebut dari rekan bernama Bu Nuraini, Bu Nuraiani memang dikenal cepat tanggap terhadap persoalan sosial yang melanda masyarakat yang membutuhkan.
Melalui donasi yang dikumpulkan Tak hanya di warga setempat, bantuan datang dari rekan media dan juga rekan Ormas dan uluran tangan pun sudah melintas batas kabupaten dan provinsi,"ungkap lisma
Kita masih membutuhkan uluran tangan dari Donatur yang mau menyisihkan rezekinya untuk biaya pengobatan M. Ikbal sebelumnya sudah dibawa ke rumah sakit pelabuhan ratu hanya beberapa hari diperbolehkan pulang Senin (10/05/2021) karena minggu depan akan dirujuk ke Bandung.
"Nenek Ikbal mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah rela membantu baik itu dari tenaga, pikiran dan materi, dirinya mengaku tak memiliki biaya jika harus berobat dengan keuangan sendiri lantaran sehari-hari kakek nya hanya bekerja sebagai buruh sadap karet di perkebunan.
(Almiat /Mamat Suherman)