Kelompok Radikalisme Menunggangi Wabah Pandemi Covid 19, untuk Jatuhkan Presiden Jokowi
-->

Advertisement


Kelompok Radikalisme Menunggangi Wabah Pandemi Covid 19, untuk Jatuhkan Presiden Jokowi

REDAKSI
20 June 2020

LKI-CHANNEL , Jakarta

Dalam diskusi publik webminar dengan tema 'Cegah Radikalisme di Tengah Pandemi Covid 19'. Gus Sholeh Mz, Tokoh Masyarakat dan Pengamat Sosial Budaya mengatakan, banyak kelompok radikalisme menunggangi isu covid 19 untuk menjatuhkan pemerintahan Presiden Jokowi.


"Kelompok radikalis ini menebar kebencian dan hoax dengan mengatakan covid 19 hanyalah isu yang di sebar kelompok kapitalisme dan liberal. Padahal pemerintah sedang lagi fokus mengatasi penyebaran dan menanggulangi wabah pandemi corona," terang Gus Sholeh dalam seminar virtual zoom, Jumat, 19 Juni 2020 yang diselenggarakan Forum Majelis Diskusi Mahasiswa Jakarta (FMDMJ).

Menurut Gus Sholeh, kelompok radikalisme agama ini menyebar kebencian kepada pemerintah dengan menganggap pemerintah adalah thogut atau diluar aturan agama. Mereka tentu tidak segan-segan membuat hoax dan ujaran kebencian.

"Bagi kelompok radikalis, Rumah NKRI dan Ideologi Pancasila tidak harus diikuti, karena bagi mereka hukum hanya berdasar pada agama/kepada Allah. Dan bagi yang tidak mengikutinya bagi mereka dianggap sesat atau tarhid/tahtli. Tentu pandangan ini sangat menyimpang," kata Gus Sholeh.

Kata Gus Sholeh hancurnya umat Islam karena umat Islam itu sendiri. Tentu apabila mereka ingin menegakkan negara khilafah jangan di negeri Republik Indonesia. Sebab, Indonesia sudah punya Ideologi Pancasila.

"Istilahnya jangan pernah menggangu perempuan yang sudah punya suami. Indonesia sebagai perempuan sudah punya pasangan dan pegangan Pancasila dan NKRI. Khilafah tidak ada tempat disini," tegasnya.

Terakhir kata Gus Sholeh, untuk mencegah agar gerakan radikalisme tidak berkembang terutama di kampus-kampus. Maka katanya, mahasisw Islam khususnya dari NU dan Muhammadiyah membuat majelis-majelis dan liqo'-liqo' di kampus swasta atau negeri.

"Kelompok ini biasanya masuk ke kampus dengan baju Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan gerakan Tarbiyah Islamiyah. Mereka mencekoki para mahasiswa yang masih kering tentang keangamaan dan baru belajar tentang identitas ghirah keagamaan," ungkapnya.

Bahkan kata Gus Sholeh di era internet dan sosial media mereka menyebar hoax dan kebencian lewat sosial media. Karena itulah lanjutnya, mahasiswa-mahasiswa muslim harus mengimbangi dengan wacana wawasan keagamaan yang nasionalis religius atau religius nasionalis.

"Saya dulu HMI walau lahir dari keluarga NU. Akan tetapi wawasan saya cinta kepada NKRI adalah bagian dari perintah agama. Jangan sampai kita di obok-obok oleh saudara, sepupu dan keluarga kita sendiiri. Ayo kita luruskan bahwa kuta harus sejalan sesuai nilai-nilai Pancasila," pungkasnya.

Acara webminar ini juga menghadirkan Imam Mustofa, M.Si, Penulis Buku Tentang Radikalisme dan Moderator Wulandari, SE.

( RB. Syafrudin Budiman SIP)