Di Hari Ulang Tahun Aa Maula Akbar Ke-23,Kang Dedi Mulyadi Ceritakan Perjalanan Kisah Anak Sulungnya
-->

Advertisement


Di Hari Ulang Tahun Aa Maula Akbar Ke-23,Kang Dedi Mulyadi Ceritakan Perjalanan Kisah Anak Sulungnya

LKI CHANNEL
06 November 2022

LKI Channel - Subang


Di momen ulang tahun putra sulungnya yang ke 23 tahun, Kang Dedi Mulyadi mengungkapkan fakta yang sangat mengejutkan. Apa itu?


Ya, hari ini 4 November 2022, anak sulungnya Ahmad Habibie Bungsu Maula Akbar Mulyadiputra berulang tahun ke 23. Keduanya pun bertemu di rumah Kang Dedi di Lembur Pakuan Subang.


Di momen tersebut Kang Dedi menceritakan bahwa Maula atau yang akrab disapa Aa Ula ini sudah hidup mandiri terpisah dengannya sejak masuk SMP. Maula tinggal di sebuah rumah di Perum Cimaung atau kini lebih dikenal dengan Perum Hegar Asih Purwakarta.


Sejak lahir hingga sekarang ia selalu berkomunikasi dengan Bahasa Sunda dengan Maula. Bahkan Maula baru bisa menggunakan Bahasa Indonesia saat mulai sekolah kelas 1 SDN Kahuripan Padjajaran.


“Kelas 1 SMP semester dua sudah rumah sendiri di Cimaung, dulu naik sepeda setiap hari ke SMP. Kemudian masuk SMA 2, orang lain naik motor, naik mobil, Maula pakai sepeda. Dan sepedanya bekas saya,” ujar Kang Dedi.


Uniknya lagi, Maula saat SMA lebih akrab dengan penjaga dan satpam sekolah di banding dengan teman seangkatannya.


Lulus SMA, Maula sempat ingin melanjutkan masuk Akademi Kepolisian. Namun ia gagal di tes fisik karena bentuk kakinya rata sehingga dianggap akan cepat lelah dan rentan cedera. Dan kini Maula pun tercatat sebagai mahasiswa Ilmu Politik Fisip Unpad yang sedang menunggu jadwal sidang skripsi.


“Waktu SD dan SMP, Aa banyak sekolah dengan saya, banyak meninggalkan akademik di sekolahnya. Dia banyak mendampingi saya berinteraksi dengan masyarakat keluar masuk kampung, mendengarkan saya pidato, mendengarkan saya seminar, dia lebih banyak sekolah dengan saya tapi tetap sekolah formalnya dijalankan. Dia anaknya perasa dan hatinya lembut,” katanya.


Bagi Dedi, sekolah bukan hanya bertujuan untuk mengejar nilai akademis tapi juga nilai emosional dan spiritual. Menurutnya secara akademis anaknya harus tetap belajar, secara emosional harus tetap terkendali dan nilai spiritual harus tetap terjaga.


Nama Ahmad Habibie Bungsu Maula Akbar sendiri memiliki makna yang panjang dan berkesan. Dimulai dari Ahmad yang diambil dari nama Nabi Muhammad SAW dan ayah Kang Dedi, Sahlim Ahmad Suryana.


Kemudian Habibie terinspirasi dari sosok Presiden BJ Habibie. Kang Dedi sangat terinspirasi dengan sosok presiden Indonesia ketiga itu karena dinilai sebagai sosok hebat yang mampu mengubah Indonesia ke arah yang lebih baik.


“Saya pengagum Pak Habibie karena punya kapasitas intelektual, emosional dan spiritual yang tinggi untuk mengendalikan sebuah bangsa. Maka saya meletakkan nama Habibie,” ucapnya.


Selanjutnya nama Bungsu ia ambil merujuk dari tempat kelahiran Maula yakni di RS Bungsu. Maula sendiri berarti sebuah panggilan sayang yang menyejukkan hati. Dan terakhir Akbar terinspirasi dari sosok politisi senior Partai Golkar Akbar Tanjung.


“Kemudian Akbar itu adalah kita mengagumi tokoh politik waktu itu yang bisa menyelamatkan partai dari keterpurukan menjadi partai dengan paradigma baru, Golkar baru, saya mengagumi Pak Akbar Tanjung,” katanya.


Kang Dedi pun kemudian bertanya apa makna kehidupan yang dipahami oleh Maula. Menurut Maula hidup itu bertujuan untuk bermanfaat bagi semuanya.


“Prinsip Aa sederhana, apapun ceritanya bisa bermanfaat untuk sesama, alam dan bangsa,” ujar Maula.


Cerita pun berlanjut soal sosok Maula yang memang sejak dulu sudah sayang dengan sesama. Suatu saat Kang Dedi pernah menelpon Maula yang ternyata saat itu sedang mengambil rapot anak SD. Anak SD tersebut merupakan anak penjaga sekolah Maula.


Anak tersebut selama ini dirawat dan disekolahkan oleh Maula. Anak tersebut pun perlu perhatian khusus karena seorang berkebutuhan khusus.


“Saya telpon lagi, pernah satu waktu Aa lagi di rumah bersalin dan ternyata dia lagi ngurusin seorang ibu yang mau melahirkan suaminya security di sekolah Aa, orang Atambua beragama Kristen. Kekurangan biaya dan tidak bisa memberikan jaminan dan dibayar oleh Aa,” kata Kang Dedi.


Menurut Dedi, Maula sejak kecil terbiasa hidup mandiri dan pandai menyimpan uang. Sehingga di setiap kesempatan Maula kerap bergerak sendiri membantu orang lain menggunakan uang tabungan miliknya.


Sejak dulu Maula jarang sekali meminta uang pada Dedi. Bahkan sejak kuliah Maula hanya tiga kali dalam setahun meminta uang yang besarnya Rp 6 juta.


“Ini ciri khas Aa Maula. Hidupnya memang penuh perjalanan. Bagi saya apa yang dia lakukan bekal utama bagi hidupnya. Karena meski ayahnya sejak dia lahir seorang pejabat dalam lingkungan fasilitas dinas, Aa tidak pernah bergaya sebagai anak seorang pejabat,” ujarnya.


Di tengah obrolan tersebut tiba-tiba Kang Dedi ingin menyampaikan hal penting untuk Maula. Walaupun berat, namun Kang Dedi tetap harus menyampaikannya pada sang anak sulung.


Maula lahir tanggal 4 November 1999 setelah empat bulan Kang Dedi dilantik sebagai Anggota DPRD Kabupaten Purwakarta dan ditunjuk sebagai Ketua Komisi E. Saat itu Kang Dedi mengontrak sebuah rumah di Perumahan Sadang Sari Purwakarta.


“Dan Aa waktu itu masih dalam keadaan dikandung dari seorang ibu yang ibunya itu bersama sejak saya kuliah di STH dan menjadi aktivis HMI, saya waktu itu Ketua Cabang HMI Purwakarta. Kemudian dalam perjalanannya, proses kehamilan Aa, ibunya sakit kanker Rahim. Dan ketika saya selesai dilantik jadi anggota DPRD kabupaten bulan agustus, Aa itu dilahirkan 4 november 1999, 4 bulan setelah pelantikan, lahirnya di rumah sakit bungsu makanya ada kalimat bungsu,” kata Kang Dedi.


Meski dalam kondisi sakit dengan kondisi kanker di rahim dengan bobot lima seperempat kilogram, ibu kandung Maula yang bernama Sri itu melahirkan normal. Padahal seharusnya persalinan dilakukan cesar.


Kang Dedi mengaku baru kali ini mengungkapkan fakta tersebut langsung pada Maula. Meskipun ia tahu bahwa Maula sudah mengetahui siapa ibu kandungnya. Namun kini adalah waktu yang dirasa Dedi paling tepat menyampaikan langsung hal itu semua.


Setelah tiga bulan melahirkan, ibu kandung Maula pun meninggal dunia karena sakit kanker rahim yang dideritanya.


“Ayah minta maaf pada Aa karena tidak menyampaikan itu pada Aa. Dan bagi ayah ini waktunya untuk menyampaikan karena kita melewati peristiwa yang harus kita lewati,” ujarnya.


Kang Dedi pun kembali meminta maaf sambil memeluk sang anak yang ada di hadapannya. Tangis pun pecah seketika.


“Itulah hidup, itulah perjalanan, tugas kita menerima apapun yang kita alami karena semua yang kita alami adalah yang terbaik menurut Allah SWT,” pungkas Kang Dedi Mulyadi.


(Yana)